Archive
Susu Formula
1. Pengertian
Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak (Pudjiadi, 2002).
2. Jenis Susu Formula
a. Formula adaptasi
Formula adaptasi (adapted berarti disesuaikan dengan kebutuhan bagi bayi baru lahir) untuk bayi baru lahir sampai umur 6 bulan. Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI (tabel 6.2) dan sangat baik bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Pada umur dibawah 3-4 bulan fungsi saluran pencernaan dan ginjal belum sempurna hingga pengganti ASInya harus mengandung zat-zat gizi yang mudah dicerna dan tidak mengandung mineral yang berlebihan maupun kurang.
b. Formula awal lengkap
Formula awal lengkap (complete starting formula) berarti susunan zat gizinya lengkap dan pemberiannya dapt dimulai setelah bayi dilahirkan. Beberda dengan formula adaptasi yang diuraikan terlebih dahulu, pada formula yang disebut belakangan ini terdapat kadar protein yang lebih tinggi dan rasio antara fraksi-fraksi proteinnya tidak disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam susu ibu. Lagipula kadar sebagian besar mineralnya lebih tinggi dibandikan dengan formula adaptasi. Keuntungan dari formula bayi ini terletak pada harganya. Berhubung pembuatannya tidak begitu rumit mak ongkos pembuatan juga lebih murah hingga dapat dipasarkan dengan harga lebih rendah. Dalam pengalaman penulis dengan memberi formula nayi demikian,walupun dimulai langsung setelah bayi dilahirkan, tidak pernah ditemukan kesulitan. Jika keadaan ekonomi tidak memungkinkan untuk membeli formula mahal, maka formula demikian dapat dipakai. Di satu rumah sakit di Australia (hubungan pribadi) untuk menghemat biaya bayi diberi fomula adaptasi sampai umur 3 bulan untuk kemudian diganti dengan formula lengkap.
c. Formula Follow-Up
Formula follow-up (dengan follow-up diartikan lanjutan, mengganti formula bayi yang sedang dipakai dengan formula tersebut). Formula demikian diperuntukan bagi bayi berumur 6 bulan keatas. Telah diuaraikan terlebih dahulu, bahwa formula adaptasi dibuat sedemikian, hingga tidak memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal yang pada waktu lahir belum sempurna. Maka dari itu dalm formula adaptasi zat-zat gizinya cukup untuk pertumbuhan yang normal dan mencegah timbulnya penyakit-penyakit gizi disebabkan oleh kekurangan maupun kelebihan masukan zat-zat tersebut. Oleh sebab pada umur 4-5 bulan fungsi organ-organ sudah memadai maka kelebihan zat gizi dapat dikeluarkan lagi oleh ginjal. Lagipula dengan pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang bertambah, maka formula bayi adaptasi tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan bayi diats umur 6 bulan, terkecuali jika bayi demikian mendapat pula makanan tambahan seperti makanan padat yang memenuhi sysrat Badan Kesehatan Sedunia (WHO).
3. Komposisi Susu Formula
a. Lemak
Kadar lemak disarankan antara 2.7 – 4.1 g tiap 100 ml. Komposisi asam lemaknya harus sedemikian hingga bayi umur 1 bulan dapat menyerap sedikitnya 85%. Disarankan juga bahwa 3 – 4 % dari kandungan energi harus terdiri dari asam linoleik.
b. Protein
Kadar protein harus berkisar antara 1.2 dan 1.9 g/100 ml. Dengan rasio lakalbumin/kasein kurang-lebih 60/40. Oleh karena kandungan protein daripada formula ini relatif rendah maka komposisi asam aminonya harus identik atau hampir indentik dengan yang terdapat dalam protein ASI. Protein demikianlah yang dapat dipergunakan seluruhnya oleh bayi pada minggu-minggu pertama setelah dilahirkan. Walupun demikian Mead Johnson mengedarkan formula dengan nama Enfamil Neonatal, khusus bagi bayi baru lahir sampai usia 1 bulan, dengan 73% proteinnya sudah dihidrolisis. Pemberian protein yang terlalu tinggi dapat menyebabkan meningginya kadar ureum, amoniak, serta asam amino tertentu dalam darah.perbedaan antara protein ASI dan susu sapi terletak pada kandungannya (susu sapi mengandung 3.3 g/100 ml.) dan rasio antara protein whey dan kaseinnya: pada ASI 60/40, sedangkan pada susu sapi20/80. Ada yang berpendapat bahwa kualitas kasein ASI lebih baik daripada kasein susu sapi. Kadar sistein, salah satu asam amino yang mengandung welirang (sulfer) terdapat rendah, hanya sepersepuluh daripada yang terdapat dalam susu ibu. Bayi baru lahir dan terutama yang dilahirkan sebagai prematur bel dapat megibah asam amino metionin menjadi sistein, hingga pemberian susu sapi tanpa diubah dahulu dapat menyebabkan kekurangan relatif sistein. Penambahan protein whey akan memperbaiki susunan asam aminonya hingga mendekati kandungan sistein yang terdapat dalam ASI. Nestle menambahkan Taurin pada produk formula bayinya seperti Nan, Lactogen-1 dan Nestogen-1.
- c. Karbohidrat
Disarankan untuk formula ini kandungan karbohidrat antara 5.4 dan 8.2 g bagi tiap 100 ml. Dianjurkan supaya sebagai karbohidrat hanya atau hampir seluruhnya memakai laktosa, selebihnya glukosa atau destrin-maltosa. Tidak dibenarkan pada pembuatan formula ini untuk memakai tepung atau madu, maupun diasamkan (acidified) karena belum dikrtahui efek sampingannya dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Laktosa dalam usus dicerna oleh ezim laktase dan diserap sebagai glukosa dan galatosa. Walupun aktivitas laktase pada bayi baru lahir memuaskan, sebagian masukan laktosa akan mengalami proses fermentasi oleh kuman-kuman usus besar dan diubah menjadi asam laknat, asam lemak dengan berat molekul rendah. Dengan demikian laktosa merupakan faktor penting untuk menurunkan pH tinja. PH yang rendah ini disertai kapasitas buffer yang rendah pula karena rendahnya kandungan protein dan fosfat, memberi dampak yang baik untuk menekan pertumbuhan Escherichia Coli dan usus bayi yang mendapat ASI. Bebelac EC (Lyempf) mengandung karbohidrat yang terdiri dari 56% laktosa dan 44% dekstrin. Formula bayi tersebut diperuntukkan bagi bayi yang sering menderita gangguan gastro-intestinu, seperti kolik, kembung dan buang air besar yang selalu encer.
d. Mineral
Seperti dapat dilihat pada tabel 6.1 kosentrasi sebagian besar mineral dalam susu sapi seperti natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, khlorida, lebih tinggi 3 sampai 4 kali dibandingkan dengan yang terdapat dalam ASI. Pada pembuatan formula adaptasi kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar antara 0.25 dan 0.34 g bagi tiap 100 ml. Kandungan mineral dalam susu formula adaptasi memang rendah dan mendekati yang terdapat pada ASI (tabel 6.2). Penurunan kadar mineral diperlukan sangat oleh karena bayi baru lahir belum dapat mengekskrisi dengan sempurna kelebihanannya.
e. Vitamin
Biasanya berbagai vitamin ditambahkan pada pembuatan formula demikian hingga dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
f. Energi
Banyaknya energi dalam formula demikian biasanya disesuaikan dengan jumlah energi yang terdapat pada ASI.
4. Cara Pemberian Susu Formula
a. Pemilihan
Prinsip umum dalam pemilihan susu formula adalah bila susu formula yang digunakan tidak menimbulkan masalah pada bayi, seperti diare, muntah, konstipasi dan gangguan kulit. Setiap bayi memiliki penerimaan yang berbeda untuk setiap merk susu formula (Suririnah, 2008).
b. Pembuatan
Langkah pembuatan susu formula adalah :
1) Mencuci tangan dengan bersih.
2) Mencuci dan mensterilkan botol susu dan dot.
3) Memilih susu yang sesuai dengan anak.
4) Mengikuti petunjuk pembuatan dalam kemasan susu formula.
5) Mengatur suhu air dengan mencampur air dingin dengan air panas dengan takaran sesuai dengan petunjuk.
6) Menggunakan sendok takar yang disediakan agar kekentalan sesuai.
7) Menghangatkan susu dengan merendam botol menggunakan air hangat.
8) Tidak mencampur berbagai merk susu.
9) Menyiapkan susu formula paling lama 2 jam sebelum digunakan.
10) Tidak mencampur susu sisa pembuatan yang lalu dengan susu yang baru dibuat.
c. Sterilisasi
Terdapat 3 cara dalam pemberian susu formulas yaitu :
1) Menggunakan Tablet atau Cairan Kimia
Setelah botol dan dot dibersihkan dan dicuci bersih, kemudian rendam dalam air yang telah diberi cairan atau tablet kimia. Singkirkan gelembung. Rendam selama 1 jam. Cuci tangan sampai bersih sebelum mengangkat botol dan dot. Bilas dengan air bersih dingin dan hangat.
2) Menggunakan Sterilisasi Listrik
Setelah botol dicuci bersih, dimasukan kedalam alat sterilisasi, tunggu sampai 8-12 menit. Tunggu sampai dingin sebelum digunakan.
3) Merebus Botol
Setelah dicuci bersih, rebus botol selama 10 menit dan dot 4 menit. Kemudian simpan botol dan dot dalam wadah tertutup, sebelum digunakan kembali.
d. Frekuensi dan Jumlah Pemberian
Susu formula diberikan sebanyak 60 ml per kg berat badan per hari pada minggu pertama dan 150 ml per kg berat badan per hari setelahnya. Frekuensi pemberian setiap 3 – 4 jam atau bila bayi lapar.
e. Pemberian
Cara pemberian susu formula adalah :
1) Mengocok susu sebelum diberikan.
2) Memeriksa suhu susu formula.
3) Menyentuh mulut bayi dengan dot, dan secara refleks bayi akan menyedot susu.
4) Bila dot rata dan susu tidak tersedot, keluarkan dot dan masukkan kembail.
5) Dot dipegang dengan posisi miring sampai leher botol berisi susu.
6) Tidak memaksa bayi menghabiskan susu.
7) Menyendawakan bayi setelah pemberian susu.
Status Gizi
2.1.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
2.1.2.1. Faktor External
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
1) Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2) Pendidikan
|
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4) Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).
2.1.2.2. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
1) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2) Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
3) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).
2.1.3 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi secara langsung menunit Supariasa (2001) dapat dilakukan dengan:
2.1.3.1 Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi.
2.1.3.2 Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2.1.3.3 Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
2.1.3.4 Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melibat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN (2001) dapat dilakukan dengan:
1) Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.
Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat (food record).
2) Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3) Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
2.1.4 Macam Klasifikasi Status Gizi
2.1.4.1 Klasifikasi Status Gizi
Tabel 2.1. Tabel Status Gizi
INDEKS
|
STATUS GIZI | AMBANG BATAS *) |
Berat badan menurut umur (BB/U) | Gizi Lebih | > + 2 SD |
Gizi Baik | ≥ -2 SD sampai +2 SD | |
Gizi Kurang | < -2 SD sampai ≥ -3 SD | |
Gizi Buruk | < – 3 SD | |
Tinggi badan menurut umur (TB/U) | Normal | ≥ 2 SD |
Pendek (stunted) | < -2 SD | |
Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) | Gemuk | > + 2 SD |
Normal | ≥ -2 SD sampai + 2 SD | |
Kurus (wasted) | < -2 SD sampai ≥ -3 SD | |
Kurus sekali | < – 3 SD |
Sumber : Depkes RI, 2002.
2.1.4.2 Klasifikasi di atas berdasarkan parameter antropometri yang dibedakan atas:
1) Berat Badan / Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
2) Tinggi Badan / Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
3) Berat Badan / Tinggi Badan
Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi badan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1
4) Lingkar Lengan Atas / Umur
Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.
5) Parameter Berat Badan / Tinggi Badan banyak digunakan karena memiliki kelebihan:
1) Tidak memerlukan data umur
2) Dapat membedakan proporsi badan ( gemuk, normal, kurus)
6) Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategori Z-Score diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1) Gizi Buruk ( Sangat Kurus) : <-3 SD
2) Gizi Kurang (Kurus) :-3SDs/d<-2SD
3) Gizi Baik (Normal) :-2SDs/d+2SD
4) Gizi Lebih (Gemuk) :>+2SD
Cara Membuat MP-ASI
Bahan – bahan MP- ASI
Makanan campuran yang ideal untuk bayi / anak dibawah usia 1 tahun mengandung 6 kelompok adalah sebagai berikut:
2.2.6.1 Makanan Pokok
Makanan pokok adalah makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang paling banyak dibandingkan jenis makanan lainnya dan mengandung zat tepung sebagai sumber tenaga untuk aktivitas sehari – hari.
2.2.6.2 Jenis kacang-kacangan
Kacang – kacangan ini meliputi kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah dll. Jenis ini diperlukan juga oleh bayi untuk memenuhi kebutuhan protein yang sangat penting untuk pertumbuhan. Agar bayi menyukai rasa kacang maka pemberian awal dapat dicampur dalam bubur kemudian secara bertahap pasti ditinggalkan.
2.2.6.3 Bahan pangan hewan
Hampir semua bahan makanan / pangan berasal dari hewani, bergizi tinggi dan sangat baik sebagai campuran makanan bayi. Bahan pangan hewani yang baik untuk bayi antara lain daging sapi, ikan segar, telur, susu beserta hasil olahan seperti keju, susu asam.
2.2.6.4 Sayuran berwarna
Karena organ pencernaan bayi belum sempurna sebaiknya di pilih sayuran yang lunak, tidak menimbulkan rasa merangsang, tidak berbau daun.
Contoh : Dengan mengukus / merebus sampai lunak di cincang lalu dicampurkan ke bubur.
2.2.6.5 Buah – buahan
Pilih yang masak dan pastikan tidak masam, sebaiknya dipilih buah yang berwarna jingga seperti halnya sayuran. Selain mengandung vitamin dan mineral, pisang pun mengandung karbohidrat.
Umur 6 bulan buah harus dihaluskan dan diambil sarinya saja, saat umur 8 bulan bisa langsung dimakan tanpa dihaluskan.
2.2.6.6 Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak diperlukan bayi karena mengandung energi yang tinggi dan memberikan rasa gurih, makanan jadi lebih lunak dan mudah ditelan.
(Anonim, 1996 : 36 – 37)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Pengertian
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai usia 4 bulan sampai 24 bulan. Semakin meningkat usia bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini.
Persyaratan MP ASI
Kriteria yang harus dimiliki oleh MP-ASI adalah sebagai berikut:
– Nilai gizi dan kandungan proteinnya tinggi.
– Memiliki nilai suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.
– Dapat diterima dengan baik.
– Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal.
– Bersifat pada gizi
Kandungan serat kasar / bahan lain sukar dicerna terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi.
Cara Pemberian MP- ASI pada bayi
- Berikan secara hati-hati sedikit demi sedikit dari bentuk encer kemudian yang lebih kental secara berangsur – angsur.
- Makanan diperkenalkan satu persatu sampai bayi benar-benar dapat menerimanya.
- Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir dan harus dicoba sedikit demi sedikit misalnya telur, cara pemberiannya kuningnya lebih dahulu setelah tidak ada reaksi alergi, maka hari berikutnya putihnya.
- Pada pemberian makanan jangan dipaksa, sebaliknya diberikan pada waktu lapar ( Notoatmodjo, 1998: 138 ).
Jenis Jenis MP-ASI
Umur Bayi |
Jenis makanan |
Berapa kali sehari |
0 – 4 / 6 bulan |
ASI |
10 – 12x / hari |
Kira-kira 6 bulan |
– ASI |
Kapan diminta |
– Bubur lunak / sari buah – Bubur : bubur Havernout/ bubur tepung beras merah |
1 – 2x / hari |
|
Kira-kira 7 bulan |
– ASI |
Kapan diterima |
– Buah – buahan – Hati ayam / kacang – kacangan – Beras merah / ubi – Sayuran (wortel, bayam) – Minyak / santan / advokad – Air tajin |
3x / hari |
|
Kira-kira 9 bulan |
– ASI |
Kapan diterima |
– Buah-buahan – Bubur / roti – Daging / kacang-kacangan/ ayam/ ikan – Beras merah/ kentang/ labu/jagung – Kacang tanah – Minyak / santan/ advokat – sari buah tanpa gula |
4 – 6x / hari |
|
Kira-kira 12 bulan/ lebih |
– ASI |
Kapan diterima |
– Makanan pada umumnya, termasuk telur dengan kuningnya – Jeruk |
4 – 6x / hari |
Karakteristik Daging
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produkhasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno 1998). Data dari Direktorat Jenderal Peternakan (2006) menunjukkan bahwa produksi daging sapi di Pulau Sumatera mengalami kenaikan dari tahun-ketahun. Produksi daging sapi di Propinsi NAD pada tahun 2006 masuk posisi empatbesar di pulau Sumatera (Tabel 1). Data Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Besar tahun 2001 menunjukkan produksi daging sapi hampir 1.000 ton dan pada tahun 2005 produksi daging sapi mengalami peningkatan menjadi 1.700 ton dengan urutan produksi tiga besar di Propinsi NAD.
Lawrie (1991) mendefinisikan daging sebagai sesuatu yang berasal dari hewan termasuk limpa, ginjal, otak serta jaringan lain yang dapat dimakan. Soeparno (1998) menjelaskan lebih lanjut keadaan fisik daging dapat dikelompokkan menjadi (1) daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, (2) daging yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin), (3) daging yang dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan (daging beku), (4) daging masak, (5) daging asap, dan (6) daging olahan.
Soeparno (1998) menyatakan bahwa karkas tersusun atas kurang lebih enam ratus jenis otot yang berbeda ukuran dan bentuknya, susunan syaraf dan persediaan darahnya serta perlekatannya pada bagian tulang dan tujuan serta jenis geraknya. Karkas sapi dapat dilihat pada Gambar 1. Kesehatan daging merupakan bagian yang penting bagi kesehatan makanan dan selalu menjadi pokok permasalahan yang mendapatkan perhatian khusus dalam penyediaan daging bagi konsumen.
Daging yang dapat dikonsumsi adalah daging yang berasal dari hewan yang sehat. Saat penyembelihan dan pemasaran berada dalam pengawasan petugas rumah potong hewan serta terbebas dari pencemaran mikroorganisme. Secara fisik, kriteria atau ciri-ciri daging yang baik adalah berwarna merah segar, berbau aromatis, memiliki konsistensi yang kenyal dan bila ditekan tidak terlalu banyak mengeluarkan cairan.
Daging sebagai sumber protein hewani memiliki nilai hayati (biological value) yang tinggi, mengandung 19% protein, 5% lemak, 70% air, 3,5% zat-zat non protein dan 2,5% mineral dan bahan-bahan lainnya (Forrest et al. 1992). Komposisi daging menurut Lawrie (1991) terdiri atas 75% air, 18% protein, 3,5% lemak dan 3,5% zat-zat non protein yang dapat larut. Secara umum, komposisi kimia daging terdiri atas 70% air, 20% protein, 9% lemak dan 1% abu. Jumlah ini akan berubah bila hewan digemukkan yang akan menurunkan persentase air dan protein serta meningkatkan persentase lemak (Romans et al. 1994). Daging merupakan sumber utama untuk mendapatkan asam amino esensial. Asam amino esensial terpenting di dalam otot segar adalah alanin, glisin, asam glutamat, dan histidin. Daging sapi mengandung asam amino leusin,
lisin, dan valin yang lebih tinggi daripada daging babi atau domba. Pemanasan dapat mempengaruhi kandungan protein daging. Daging sapi yang dipanaskan pada suhu 70oC akan mengalami pengurangan jumlah lisin menjadi 90 persen, sedangkan pemanasan pada suhu 160oC akan menurunkan jumlah lisin hingga 50 persen. Pengasapan dan penggaraman juga sedikit mengurangi kadar asam amino (Lawrie 1991).
Kandungan lemak pada daging menentukan kualitas daging karena lemak menentukan cita rasa dan aroma daging. Keragaman yang nyata pada komposisi lemak terdapat antara jenis ternak memamah biak dan ternak tidak memamah biak adalah karena adanya hidrogenasi oleh mikroorganisme rumen (Soeparno 1998). Lawrie (1991) menyatakan lemak sapi kaya akan asam stearat, asam palmitat dan asam oleat. Protein daging terdiri dari protein sederhana dan protein terkonjugasi.
Berdasarkan asalnya protein dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu protein sarkoplasma, protein miofibril, dan protein jaringan ikat. Protein sarkoplasma adalah protein larut air karena umumnya dapat diekstrak oleh air dan larutan garam encer. Protein miofibril terdiri atas aktin dan miosin, serta sejumlah kecil troponin dan aktinin. Protein jaringan ikat ini memiliki sifat larut dalam larutan garam. Protein jaringan ikat merupakan fraksi protein yang tidak larut, terdiri atas protein kolagen, elastin, dan retikulin (Muchtadi & Sugiono 1992).
Status Gizi Versi KMS
2.1. Konsep status gizi
2.1.1 Definisi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit.(Beck, 2000).
2.1.2 Pengukuran status gizi
a. Pengukuran status gizi dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat)
1) Definisi
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
2) Manfaat KMS (Kartu Menuju Sehat)
Manfaat KMS adalah :
a) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
b) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
c) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
(Depkes RI, 2000)
3) Cara Memantau Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2000).
a) Balita naik berat badannya bila :
(1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
(2) Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.
Gambar 2.1. Indikator KMS bila balita naik berat badannya
b) Balita tidak naik berat badannya bila :
Garis pertumbuhannya turun, atau
Garis pertumbuhannya mendatar, atau
Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.
Gambar 2.2. Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya
c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
Gambar 2.3. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah
d) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
Gambar 2.4. Indikator KMS bila berat badan balita tidak stabil
e) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
Gambar 2.5. Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan
f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna diatasnya.
Gambar 2.6. Indikator KMS bila pertumbuhan balita sehat
b. Pengukuran status gizi dengan NCHS
Kriteria keberhasilan nutrisi ditentukan oleh status gizi :
1) Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO – NHCS.
2) Gizi kurang, jika berat badan menurut umur 61% sampai 80% standart WHO – NHCS.
3) Gizi buruk, jika berat badan menurut umur ≤ 60% standart WHO – NHCS.
( Supariasa, 2002)
Rumus Antropometri pada anak : ( Soetjiningsih : 1998).
1) Berat badan
Umur 1 – 6 tahun = ( tahun ) x 2 + 8
2) Tinggi badan
Umur 1 tahun = 1,5 x tinggi badan lahir
Umur 2 – 12 tahun = umur ( tahun ) x 6 + 77
2.1.3 Manfaat nutrisi
a. Nutrisi untuk pertumbuhan
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh.
b. Makanan sebagai suku cadang
Makanan juga bermanfaat untuk memulihkan badan yang baru sembuh dari sakit. Selama sakit banyak bagian tubuh yang rusak. Mungkin juga sebagian selnya mati. Selama orang juga kurang makan sehingga tubuh kekurangan berbagai zat makanan yang dibutuhkannya. Mungkin juga banyak kehilangan darah sehingga makin lama sakit berlangsung, makin banyak zat makanan yang harus ditambahkan.
Untuk itu, setelah sakit kita perlu banyak makan makanan bergizi. Begitu juga untuk yang menjalani operasi atau yang baru melahirkan.
c. Makanan sebagai bensin tubuh
Makanan juga dibutuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, menyapu, juga berkebun. Dalam keadaan tidurpun tubuh tetap membutuhkan tenaga untuk bernafas, degup jantung, serta tenaga memasak zat makanan dan memakainya. Namun, makanan perlu diatur agar sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jumlahnya harus memadai, dan mutunya sesuai dengan kebutuhan sehari-hari (Nadesul, 2001).
Nutrisi untuk Hubungan Seksual yang Berkualitas
Dr Morton Walker dalam buku Sexual Nutrition (Nutrisi Seksual), mengatakan bahwa dengan 9.000 kalori per gram, lemak adalah sumber konsentrasi energi tubuh yang besar.
Namun, panas tinggi yang digunakan saat memasak lemak dapat mengubah struktur kimia, menciptakan racun yang tidak dapat dimakan, dan akan mengganggu susunan hormon seksual.
Untuk itulah, dianjurkan pada setiap pasangan untuk mengurangi lemak dengan membatasi makan goreng-gorengan, daging yang dipanggang di atas arang (pan fried atau grilled), hot dog, alpukat, donat, kue-kue manis, dan potato chips.
Di negara-negara dunia ketiga, masalah seksualitas dan reproduksi ini hampir tidak dikenal. Sebab, pola makan penduduknya kebanyakan terdiri dari buah-buahan, sayuran, serta kacang dan padi-padian.
Sebagian besar ahli nutrisi percaya bahwa, dua sendok makan lemak sebenarnya sudah mencukupi kebutuhan harian minimal tubuh. Kombinasi padi-padian, kacang-kacangan, polong-polongan atau biji-bijian dengan sedikit protein hewani (produk susu, daging ayam, atau telur) akan dapat meningkatkan nutrisi.
Jadi, untuk menjaga kemampuan seks dan juga kualitas hubungan seks anda dan pasangan, sebaiknya segera kurangi konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari mulai sekarang. Lakukanlah diet bila perlu, untuk menjaga kebugaran fisik anda berdua. Sebab, kesehatan dan kebugaran fisik adalah salah satu kunci kesuksesan dalam berhubungan seks.
Mengkonsumsi strawberry dan raspberry diyakini dapat meningkatlan gairah seksual, demikian dikatakan oleh seorang ahli nutrisi. Patrick Holford mengatakan kedua buah ini memiliki zat besi yang tinggi yang terkandung dalam bijinya.
Biji kedua buah ini berbeda dengan biji pada buah lain, karena biji dalam strawberry dan raspbery umumnya dimakan, sedangkan biji pada buah lain biasanya dibuang. Zat besi adalah nutrisi yang banyak mempengaruhi faktor seksual.
Mereka menghasilkan testosterone yang dibutuhkan dalam proses pembentukan sperma. Tubuh wanita akan lebih ceppat terangsang jika zat besi dalam tubuhnya berada dalam jumlah banyak. Kandungan zat besi ini memungkinkan pria untuk melakukan hubungan seks 3 kali dalam waktu 24 jam.
“Pesan saya sederhana saja, setiap kali anda melakukan hubungan seks atau anda ingin mempersiapkan diri anda dan pasangan untuk melakukan hubungan seksual, anda cukup memakan segenggam raspbery atau strawberry.”
“Dan bukan hanya kandungan zat besinya yang berguna bagi kebutuhan anda saat beraktivitas di ranjang. Mereka juga memproduksi anti-oxidant yang berguna melancarkan peredaran darah pada seluruh organ seksual. Mereka juga menghasilkan glycaemic yang dapat meningkatkan tenaga.”
Kelebihan nutrisi yang diasup oleh seseorang dan disimpan dalam bentuk lemak dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsi seksual. Sebuah penelitian yang dilakukan di AS, menemukan bahwa orang-orang yang mengalami obesitas, dan lalu menguruskan tubuh akhirnya dapat menikmati kehidupan seksual yang lebih menyenangkan, selain juga membuat merasa lebih sehat. Laporan tentang penemuan ini diungkapkan di pertemuan rutin yang digelar Obesity Society, di Vancoouver, Kanada.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh direktur Diet and Fitness Center di Durham, Martin Binks, diduga orang-orang yang mengalami obesitas secara signifikan rata-rata tinggi mengalami kualitas hubungan seksual buruk. Namun, “hanya sedikit yang diketahui tentang pengaruh pengurangan berat badan dalam masalah ini,’ ungkap peneliti tersebut.
Dalam studi yang mereka lalukan, Binks dan koleganya melakukan percobaan data kualitas seksual dari orang-orang yang menguruskan badannya. Percobaan tersebut dilakukan pada 161 wanita yang mengalami obesitas dan 26 pria yang juga mengalami obesitas. Data tersebut dikumpulkan tiap tiga bulan selama dua tahun. Untuk mengukur kualitas seksual dalam kehidupan, para peneliti menggunakan berbagai pertanyaan standar yang berjudul ‘Pengaruh Kegemukan Pada Kualitas Dalam Kehidupan.’
Diantara faktor yang disebutkan dalam survey tersebut antara lain: perasaan seksual yang tak menarik, kurangnya gairah seksual, keengganan terlihat dalam keadaan tanpa busana, kesulitan melakukan kegiatan seksual, menghindari rangsangan seksual, dan kurang menikmati aktivitas seksual.
Secara garis besar, orang-orang dalam studi ini kehilangan 13% berat badan mereka selama dua tahun, ungkap Binks. “Pada awal percobaan, baik pria maupun wanita yang berpartisipasi mengindikasikan kalau mereka mengalami kesulitan yang signifikan dalam segala wilayah terkait kualitas seksual dalam kehidupan,” ujar peneliti ini.
Para wanita, lebih banyak mengalami kesulitan dari pada kaum pria. “Bagi para wanita, tak ingin dilihat dalam keadaan tanpa busana dan tak dapat menikmati aktivitas seksual merupakan sebuah masalah yang menggangu,” ujar Binks.
Akan tetapi, kehidupan seksual, baik bagi pria maupun wanita jauh lebih baik saat mereka kehilangan beberapa kilo dari berat mereka. “Perbaikan kualitas kehidupan seksual terhubung langsung dengan kehilangan berat badan, dan sepertinya mereka mencapai tingkat maksimal saat mampu mengurangi berat badan sebesar 12%,” ungkap Binks.
67% dari wanita mengatakan, kalau mereka merasakan tak menarik secara seksual di awal studi. “Lazimnya turun hingga 26,4% dalam setahun dan tetap stabil,” ujar Binks. “Sedang yang tak diinginkan terlihat tanpa busana turun dari 62,7% hingga 34,3%,” tambahnya. Dan ada pengurangan serupa di area lainnya.
Sementara itu, ada perbaikan serupa pada kaum pria, ada beberapa pria dalam studi ini yang dapat membuat definisi kesimpulan yang sama. Bagi para pria, tidak menginginkan terlihat tanpa busana dan tak dapat menikmati hubungan seksual merupakan dua masalah penting, seperti halnya para wanita.
“10% kekurangan berat badan yang signifikan memperbaiki hampir sebagian besar masalah kesehatan. Nampaknya kualitas kehidupan seksual makin membaik seperti segala masalah terkait berat badan yang juga jadi lebih baik,” ujar Binks.